Senin, 28 September 2015

Belajar Dari Film, kenapa gengsi?

Yaadein







Akhirnya punya waktu juga untuk menuliskan film yang bagiku begitu berkesan. Aku memang sangat menyukai film India karena perjuangan cintanya itu lho yang menurutku so sweet beud, he he he
Kalau udah nonton film romance India pasti berasa lupa umur karena klepek-klepek dengan perjuangan sepasang kekasih atas virus merah jambu itu. Kalau kata mereka drakor oke punya maka aku memilih setia untuk tetap  menjadi penikmat sejati film India.
Nah bercerita tentang film apa yang berkesan, tentu aku akan memilih satu dari sekian banyak judul film India yang pernah  dinikmati bahkan sampai menguras bak kelopak netra ini. Ciehhh … Plak! Plok!
Sengaja memilih satu yang berbeda yakni kisah yang mengangkat tema yang sebenarnya tak jauh-jauh dari cinta tapi dikemas dengan cerita apik. Film apa itu? Yaadein.
Yaadein sendiri artinya kenangan. Film ini mengisahkan tentang seorang lelaki yang ditinggal wafat istrinya. Meninggalkan tiga orang putri yang saat itu mulai beranjak dewasa. Sang istri berpesan bahwa untuk mendidik ketiga buah hati mereka dengan menjadi sahabat bagi anaknya sendiri.
Perjuangan yang cukup berat bagi seorang lelaki. Bagaimana membesarkan sendirian ketiga buah hati dengan peran ayah, ibu bahkan posisi terberat yakni sahabat. Di sini letak kekuatan emosional dalam keluarga yang dibangun dengan rasa persahabatan tidak dibangun berdasarkan aturan berlaku antara anak juga orangtua.
Film ini sukses membuka mata bagi siapapun yang bersedia LEBIH peka dalam mendidik anak. Semoga jabaran yang kutulis tidak keliru terlebih salah.  Memang menjadi orangtua terkadang menjadikan kita egois karena merasa selalu lebih benar. Sikap itu melahirkan keinginan untuk selalu dihormati bahkan ditakuti, padahal jika saja mendidik anak atas rasa persahabatan akan menghasilkan kedekatan yang lebih kuat.
Bahkan dalam agama pun dijelaskan bahwa cara mendidik yang tepat bagi anak yang usianya beranjak dewasa dengan cara menjadi sahabat bagi anak itu sendiri agar si anak tumbuh menjadi pribadi yang berkembang dan penuh percaya diri. Menjadi sahabat tentunya akan memberi efek nyaman untuk kondisi psikis anak.
 Kisah cintanya ada gak? Ada dong. Gak seru bila film India tidak dibumbui dengan kisah asmara. Tokoh yang bernama Ronit dan Isa akhirnya menikah. Cinta mereka tidak dibangun dengan pacaran namun dengan jalinan persahabat pula. Memang lebih langgeng ya cinta yang begitu. Mupeng dah ah. Yang pengen tahu kisah lengkapnya cari gih kasetnya atau kalau ada download dari internet. Gak rugi kok meluangkan waktu menonton film yang mengandung ibrah. Intinya jangan lihat siapa yang member namun pandang manfaat yang didapat.
ZT, 28/09/2015 

Tulisan ini diikutsertakan dalam give away

3 komentar:

  1. wiihh ini pasti so sweet banget ya kisahnya...
    heee

    BalasHapus
  2. iyaa, mbak. silakan nonton deh. kemarin nyari full movie udah ada di internet. lancar lagi. ceritanya beda, gak melulu soal asmara anak muda. lebih banyak membahas hubungan orangtua dengan anak. so sweet. ending yang manis :)

    BalasHapus
  3. aku kayanya udah nonton nih, bermakna dan menyedihkan juga ya, ciri india nih, makasih ya mbak atas partisipasinya

    BalasHapus

Terima Kasih sudah berkunjung. Sila tinggalkan komentar yaaa :)